Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gus Yahya Sentil Aktivis NU Suka Nyolong Duren Dibungkus Kardus, Nyindir Siapa?

 

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bercanda menyentil aktivis NU yang suka mencuri mangga dan mengejar layangan putus.

Hal itu dikatakan saat pidatonya di acara peresmian Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pasuruan pada Rabu (7/2).

"Aktivis-aktivis NU ini sulit menghilangkan kebiasaan nyolong pencit sama ngejar layangan pedot (nyolong mangga dan ngejar layangan putus) itu. Di mana-mana itu pikirannya nyolong pencit. Orang nyolong pencit itu biasanya ngimbul diam-diam. Nyunggeknya (itu diam-diam. Hasilnya yo angel (ya sulit), nyundal nyundul ae (sundul-sundul aja), ceblok-ceblok pencite (jatuh-jatuh mangganya)," ucap Gus Yahya.

"Sueneng dibuntel (suka dibungkus) sarung, mentah-mentah barang dirujak rame-rame, nyolong pencit. Engko lek mburi-mburi konangan lagek pringas pringis (nanti kalau terakhir-terakhir ketahuan baru tertawa-tertawa)," lanjutnya.

Selain itu, aktivis NU juga berganti mencuri durian. Apabila ketahuan mencuri, nanti bisanya hanya tertawa.

"Ini masih banyak. Ya ada peningkatan sedikit ya, nyolong pencit nyolong duren (nyolong durian). Diwadahi kardus (dibungkus kardus). Masih sama, metodologinya masih sama. Nyolong pencit konangan pringas pringis (nyolong mangga ketahuan tertawa-tertawa), nyolong duren mrongos tenan (nyolong durian mrongos beneran)," ujarnya.

Gus Yahya berpesan agar kebiasaan tersebut diubah dan bisa menanam pohon sendiri dengan kualitas yang baik.

"Ini ndak boleh kita terus-teruskan. Sudah betul tadi yang dikatakan Gus Ipul. Kita harus bisa menanam pohon kualitasnya bagus. Pohon yang memang syajaratun thayyibah, jangan yang seperti syajaratun khofifah," katanya.

Ia juga mencontohkan kebiasaan aktivis NU lainnya yaitu suka mengejar layangan putus. Mereka saling berebut, namun layangan itu rusak tidak bisa digunakan.

"Nguber layangan pedot sueneng (kejar layangan putus senang), rame-rame gruduk-gruduk (lari-lari) sambil sorak-sorak. Wong hasile yo angel (hasilnya aja ya susah). Tiwas nguber nyebarang tegalan dadak temangsang (terlanjur ngejar menyebrang kebun ternyata nyangkut) kabele listrik. Gak bakal iso dijupuk (bisa diambil). Kadang-kadang hasil dinggo rebutan modal madil raiso diumbulno neh layangane ra ono gunane (dibuat rebutan rusak enggak bisa diterbangkan lagi layangannya tidak ada gunanya)," terangnya.

Gus Yahya menyebut, kebiasaan tersebut dilakukan karena memang keadaan yang tidak mencukupi.

"Ini ndak bisa begitu lagi. Kenapa kok dulu kita begitu? Semuanya kan tradisi yang lahir dari keterbatasan. Terbatas artine mlarat (miskin) lah," pungkasnya.

Sumber Berita / Artikel Asli : kumparan

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved