Pernyataan Guntur Soekarnoputra yang menyebut nasib Presiden Joko Widodo dapat ditentukan apabila Ganjar Pranowo-Mahfud MD terpilih di Pilpres 2024, menjadi buah bibir.
Dalam pernyataannya, Guntur yang juga kakak dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan apabila Ganjar menang dan jadi presiden, maka akan memiliki hak prerogatif.
"Kalau Ganjar dan Mahfud sudah jadi presiden dan wakil presiden, presiden punya hak prerogatif, gampang itu. Jokowi mau diapain nanti terserah," kata Guntur dalam video di channel YouTube Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo.
Bagi pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, pernyataan Guntuk lebih dari sekadar kritik. Tetapi, ada dugaan keinginan mengejek Presiden Jokowi.
"Sejatinya, kritikannya jangan seperti itu, karena (pernyataan) itu seperti mengejek Jokowi, terlalu merendahkan Jokowi," kata Ujang kepada wartawan, Selasa (30/1)
Dalam analisa Ujang, pernyataan Guntur berpotensi memberi dampak negatif, baik bagi pribadinya ataupun pada elektoral PDIP serta Ganjar Pranowo.
"Karena Jokowi pun bisa marah. Jokowi pun bisa 'mengganjal', bisa menghadang PDIP maupun Ganjar-Mahfud untuk bisa unggul," jelasnya.
Dengan tensi politik saat ini, Ujang berharap setiap politikus dapat bersaing secara sehat dan rasional, serta menahan diri mereka, salah satunya dengan tidak merendahkan pihak manapun.
"Jangan marah, jangan manas-manasin. Berpolitik harus menjaga persatuan dan kesatuan," pungkasnya.