Penulis: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Ada yang tampak berbeda dari Partai Golkar dan PKS di kabinet 100 menteri Prabowo. Perbedaan amat mencolok. Golkar panen kursi menteri. Sedangkan PKS panen cemoohan publik. Partai Golkar pendukung Prabowo. Sementara PKS di Pilpres 2024 tidak mendukung Prabowo.
PKS yang sudah sesumbar indahnya kekuasaan hanya dapat 1 pos kementerian. Itupun diisi oleh profesional bukan kader PKS. Istilahnya PKS mengendorse. Guru Besar ITB, Prof. Yassierli sebagai Menteri Ketenagakerjaan mewakili profesional yang diajukan PKS.
PKS kalah pamor dengan partai non parlemen seperti PSI yang mendapat 1 menteri dan 2 wakil menteri. Bahkan PKS yang memiliki 53 kursi DPR disamakan dengan partai gurem seperti Gelora yang memperoleh 2 wakil menteri. Partai Gelora merupakan pecahan dari PKS. Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta sebelumnya Presiden PKS.
Bisa saja PKS berdalih dapat 1 menteri untuk mengkonfirmasi bahwa PKS tidak haus kekuasaan. Katanya kekuasaan itu indah. Tulus mendukung atau ada udang di balik bakwan. Bukankah dalam politik dikenal idiom, “Tidak ada makan siang gratis”. Jangan-jangan PKS dapat ‘mentahan’ lebih banyak. Tetap saja tak sebanding dengan cemoohan publik setelah PKS bergabung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Bahkan PKS berpotensi ditinggalkan pemilihnya. Untuk melihat efek elektoral bergabungnya PKS ke dalam KIM Plus bisa kita lihat di Pilkada serentak 2024 terutama di Pulau Jawa. Mampukah kader PKS di Pilkada Banten, Jakarta dan Jawa Barat memenangi pertarungan? Kita lihat 27 November 2024 yang akan datang.
Sementara Partai Golkar panen menteri. Menurut catatan penulis, Partai Golkar meraih posisi di kabinet 100 menteri Prabowo paling banyak. Mengalahkan Partai Gerindra. Tercatat Partai Golkar dapat 8 menteri (1 menko dan 7 menteri teknis) dan 3 wakil menteri ditambah Luhut Binsar Panjaitan yang dikenal kader Partai Golkar meraih 2 jabatan sekaligus, Ketua Dewan Ekonomi Nasional dan Penasihat Khusus Presiden urusan Digitalisasi dan Teknologi Pemerintahan.
Panennya Partai Golkar di kabinet 100 menteri Prabowo yang semula berhembus kabar hanya mendapat 5 pos kementerian ternyata lebih dari 5 pos kementerian. Info menyebut bertambahnya menteri dari Partai Golkar salahsatunya tukar guling dengan Partai Gerindra di MPR.
Sebagaimana kita ketahui Ketua MPR saat ini, Ahmad Muzani berasal dari Partai Gerindra. Padahal Partai Golkar pemilik kursi DPR terbanyak kedua setelah PDIP. Sedangkan Partai Gerindra pemilik kursi DPR terbanyak ketiga. Berkaca formasi MPR/DPR hasil Pemilu 2019, Ketua DPR jatah PDIP, Puan Maharani. Sedangkan Ketua MPR, Bambang Soesatyo dari Partai Golkar.
Mungkin saja panennya Partai Golkar di kabinet 100 menteri Prabowo sebagai politik balas budi Presiden Prabowo yang telah berkontribusi dalam pemenangan Prabowo di Pilpres 2024.
Sedangkan PKS bukan partai koalisi pendukung Prabowo di Pilpres 2024. Tetapi PKB di kabinet 100 menteri Prabowo mendapat 2 menteri (menko dan menteri teknis) dan 1 wakil menteri. Padahal PKB dan PKS plus Partai NasDem berada digerbong yang sama di Pilpres 2024. Berbeda dengan Partai NasDem yang memilih tidak bergabung di kabinet 100 menteri Prabowo.
Beda nilai antara Partai Golkar dan PKS di mata Prabowo? Wallahua’lam bish-shawab