Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai bahwa megaproyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah gagal.
Dalam studi Celios, terdapat tiga skenario dalam pembangunan IKN, mulai dari optimististis, moderat, dan gagal.
Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar melihat bahwa kondisi hari ini, pembangunan IKN sudah mencatat kegagalan karena salah satu fakta bahwa adanya keterbatasan modal dan rendahnya kepercayaan investor.
"Maka kalau kita lihat kondisi hari ini, itu kita sudah berada pada skenario gagal dari perspektif ekonomi makro, dalam hal teknologi informasi juga sangat tidak memadai. Kemudian dari sisi inovasi juga begitu, termasuk juga ketidakmampuan pengelolaan risiko," ungkapnya dalam Diskusi Publik Celios, Kamis (12/9/2024).
Media menuturkan kegagalan IKN juga tercermin dari sisi keterlibatan pemangku kepentingan atau stakeholder serta investor.
Selain itu, kurangnya dukungan dari sektor non-pemerintah seperti komunitas adat, organisasi masyarakat sipil, serta akademisi.
"Ketika kondisi hari ini tidak berubah, maka yang terbebani tentu saja yang pertama adalah pemerintahan Prabowo. Saya juga tidak tahu sampai hari ini, bagaimana Prabowo mengakali IKN," tuturnya.
Media melihat pilihan pahit Prabowo untuk melanjutkan pembangunan IKN harus kembali mengambil utang, selayaknya yang Jokowi lakukan.
Pada akhirnya, utang tersebut hanya akan menambah beban APBN yang telah dihadapkan oleh beban utang jatuh tempo hingga 2027 yang mencapai puncaknya.
"Maka tentu dampak jangka panjang yang akan sangat masif sekali. Dan ini yang mungkin perlu kita ingatkan kepada pemerintah ke depan," ucap Media.
IKN Jangan Bebani Perekonomian
Pada kesempatan yang sama, Peneliti Celios Achmad Hanif Imaduddin mengungkapkan pemerintah selanjutnya yang akan dipimpin oleh Prabowo bersama anak sulung Jokowi perlu memikirkan bagaimana mekanisme pembiayaan IKN agar tidak melemahkan sistem ekonomi Indonesia.
"IKN berisiko gagal bila pemerintah tidak dapat mengantisipasi hal-hal yang membahayakan dari IKN. Seperti teknologi tidak begitu maju, tidak berhasil dalam meratakan ekonomi, atau apabila diteruskan, IKN tidak menghasilkan keuntungan bagi negar," tegasnya.
Melihat berbagai skenario milik Celios, Hanif berpandangan bahwa kesuksesan IKN hanya dapat terjadi apabila kondisi ekonomi makro Tanah Air mendukung.
Mulai dari stabilitas ekonomi, inflasi rendah, hingga tingginya ketersediaan modal serta kepercayaan investor.
Sejauh ini, dari beragam lima kondisi skenario Celios, hanya kondisi kebijakan pemerintah saat ini yang menunjukkan optimistis pembangunan IKN.
Sementara dari kondisi ekonomi makro, teknologi informasi, teknologi dan invoasi, serta keterlibatan investor dan stakeholder sudah mencatatkan kegagalan.
Adapun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah telah mengalokasikan Rp4,13 triliun dalam Kementerian PUPR untuk pembangunan IKN.
Teranyar pada Raker kemarin, Rabu (11/9/2024), Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengungkapkan tambahan anggaran itu salah satunya untuk mendukung pembangunan IKN khususnya untuk pengembangan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) sebesar Rp9,11 triliun.
Alhasil, anggaran untuk pembangunan IKN tahun depan dari yang berada di Kementerian PUPR akan mencapai Rp13,24 triliun seperti dikutip dari bisnis
Dokter Tifa Kembali Kritik Keras IKN, Sebut Pembangunan Tanpa Uji Amdal dan Bebani Utang Negara
Aktivis Media Sosial Tifa yang juga seorang sekaligus ahli saraf sebut penguasa saat ini bodoh dan tidak mengerti mana yang benar dan salah.
Dia juga kerap kali mengkritik pembanguna IKN sejak tahun 2022, kini dokter Tifa kembali mencuit di akun media sosial X pribadinya.
“Bolak balik saya sudah bilang soal IKN, bahkan sejak 2022,” tulis dia dia kaun X @DokterTifa, diambil Minggu (9/9/24)
“Orang bodoh kalau diberi kekuasaan, ngga bisa mengukur diri, ngga akan tahu batas dan ngga akan ngerti mana benar mana salah, mana boleh mana tidak,” jelas dia.
Dia mengungkapakan bahwa pindah ibu kota dengan keadaan tidak punya uang itu tidak penting dan bahkan membuat utang negara makin besar.
“Uang tidak punya, utang numpuk, Eh mau pindahin Ibukota, sesuatu yang sama sekali tidak urgent dan tidak impartant,” tambahnya.
Selain itu ia mengungkapkan bahwa bangunan yang saat ini dibangun di IKN tidak mengikuti uji Amdal dengan jelas, banguanan yang saat ini dibangun tersebut tidak jelas.
“Bikin bangunan ngga ada yang jelas, feasibility study dan uji AMDAL sepertinya juga sama sekali ngga dikerjakan,” jelas dia.
Ia mengatakan bangunan dibangun dimana-mana sesuai imajinasi penguasa tanpa melihat keadaan rakyat yang harus menjadi koraban dalam pembanguanan tersebut.
“Main bangun sana sini, asal terwujud apa yang ada di imajinasi katroknya, Rakyat jadi korban. Bayar utang atas bangunan mangkrak,” jelasnya
Dengan kesel dia juga menulis di penghujung postingannya sembari memanggil nama Mul, yang diduga menyindir nama kecil Jokowi.
“Mul, Mul. Ancene tuambeng kon iku,” tulis dalam postingannnya.
IKN saat ini terbangun terlihat sangat megah untuk Istana, lambag garuda di belakang Istana sempat jadi kontroversi karena dianggap tidak sesuai dengan design awal.***