Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sembilan Tahun Menjabat Menteri, Mahfud MD: Jokowi Rusak Demokrasi!

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia (Menko Polhukam), Mahfud MD semakin lantang memberikan kritik kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mahfud MD secara terbuka melayangkan kritik atas kondisi demokrasi Indonesia dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi diakhir masa jabatannya saat ini.

Kritik Mahfud MD terhadap Jokowi itu disampikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored.

Meski di akhir masa jabatan Jokowi terkesan banyak memiliki permasalahan namun Mahfud menilai di sembilan tahun masa jabatan sebelumnya banyak yang dihasilkan.

"Pak Jokowi itu kan sepuluh tahun kan memerintah, dan kita lihat sembilan tahun kan baik-baik saja," kata host.

"Sembilan tahun itu kan banyak yang bisa dihasilkan tapi seakan-akan itu hilang dari pandangan pak Mahfud, dalam tanda petik saya melihat betapa dalamnya kerusakan demokrasi sehingga sembilan tahun ini relatif diabaikan dibandingkan dengan yang terakhir," tanya host.

"Tentunya kita tidak boleh menghilangkan jasa Pak Jokowi yang dulu di awal dibangun bersama-sama itu kan hasilnya bagus ya," ucap Mahfud MD.

"Pertumbuhan ekonomi oke, infrastruktur oke, kemiskinan menurun bahkan indeks korupsi itu terus membagus lo mulai dari 34, 36, 37, 38," sambungnya lagi.

Namun ia mengatakan bahwa pola politik Jokowi memiliki perubahan di tahun 2022 hingga membuatnya terlihat rusak.

Mahfud mengatakan bila hal itu membuat prestasi yang dihasilkan pada sembilan tahun masa jabatan Jokowi sebelumnya menjadi tidak ada artinya.

"Tiba-tiba pada tahun 2022 turun lagi. Karna memang saya melihat rusaknya sejak tahun 2022. Sebelum itu kan saya sering mengatakan ini bagus-bagus aja ekonomi oke, infrastruktur oke sehingga kita harus hargai itu," ungkap Mahfud.

"Tapi sejak tahun 2022 kemudian yang dirusak demokrasi. Kalau demokrasi dirusak, konstitusi dirusak menurut saya ya gak ada artinya semua itu akhirnya," pungkasnya kemudian.

Mahfud juga menyinggung soal ide 3 periode untuk Jokowi merupakan salah satu awal mula kerusakan pada masa jabatan Jokowi.

Bahkan, Mahfud MD mengaku menjadi salah satu orang yang menghalangi hal tersebut terjadi seperti dikutip dari suara

Minta Maaf Pernah Bersama Penguasa Penuh Noda, Akbar Faizal: Saya Bersyukur Tak Pernah Menikmati Kekuasaanmu!

Mantan Legislator Senayan yang juga putra asal Sulsel, Akbar Faizal, tampaknya ikut prihatin dengan kepemimpinan Jokowi periode kedua.

Meski tak spesifik menyebut nama, melalui cuitannya di aplikasi X (twitter), tokoh yang mengawali karier sebagai jurnalis ini menyampaikan kekecewaannya sekaligus meminta maaf pernah bersama penguasa yang disebutnya penuh dengan noda.

“Saya juga minta maaf karena pernah bersamamu secara sangat dekat lalu kamu jadi begini dan tak mampu menghalangimu. Setidaknya Saya bersyukur tak pernah menikmati kekuasaanmu yang penuh noda ini. Karepmu Tuan,” tulis Akbar Faizal dikutip dari akun @akbarfaizal68, Jumat (13/9/2024).

Sebelumnya, Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, angkat bicara terkait alasannya kerap melontarkan kritik keras ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mahfud menyebut, kemarahannya pada Jokowi telah begitu dalam. Ia pun menyinggung pencalonan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, di Pilpres 2024 lalu mengandung permasalahan etik berat.

"Iya sudah [marah begitu dalam]. Karena ini sudah keterlaluan. Jadi begitu waktu, oke Gibran sudah diputus, dia oleh MK diputus boleh calon, gitu ya. Kemudian saya katakan karena ini putusan peradilan, kan, harus diikuti. Putusan peradilan itu meskipun salah, kan, harus diikuti, kan," ujar Mahfud dalam podcast 'Terus Terang Mahfud MD', dikutip Kamis (12/9/2024).

"Tapi, itu jelas salah. Karena apa, kemudian MKMK memutuskan pencalonan Gibran itu pelanggaran etik yang berat. Bukan hanya pelanggaran etik, pelanggaran etik berat," tegas.

Mahfud MD: Mulyono Makin Parah Mainnya! 

Eks Menko Polhukam, Mahfud MD, angkat bicara terkait alasannya kerap melontarkan kritik keras ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kritik itu terus disampaikannya sejak kalah di Pilpres 2024 lalu.

Mahfud menyebut, kemarahannya pada Jokowi telah begitu dalam. Ia pun menyinggung pencalonan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, di Pilpres 2024 lalu mengandung permasalahan etik berat.

"Iya sudah [marah begitu dalam]. Karena ini sudah keterlaluan. Jadi begitu waktu, oke Gibran sudah diputus, dia oleh MK diputus boleh calon, gitu ya. Kemudian saya katakan karena ini putusan peradilan, kan, harus diikuti. Putusan peradilan itu meskipun salah, kan, harus diikuti, kan," ujar Mahfud dalam podcast 'Terus Terang Mahfud MD', dikutip Kamis (12/9).

"Tapi, itu jelas salah. Karena apa, kemudian MKMK memutuskan pencalonan Gibran itu pelanggaran etik yang berat. Bukan hanya pelanggaran etik, pelanggaran etik berat," tegas dia.

Dalam Pilpres 2024 lalu, Mahfud MD ikut berkontestasi dengan menjadi cawapres. Ia berpasangan dengan politikus PDIP, Ganjar Pranowo. 

Akan tetapi, perolehan suaranya justru berada di urutan paling buncit. KPU menyatakan pemenang Pilpres 2024 adalah Prabowo-Gibran.

Kendati begitu, kata dia, keterpilihan Gibran tak bisa diganggu gugat hanya karena putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK).

Meski Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin menggugat hasil Pilpres 2024 ke MK, Mahfud menuturkan bahwa keputusan MK untuk tetap memenangkan paslon Prabowo-Gibran harus dipatuhi.

"Nah, sudah [keputusan MK] itu saya mulai mengingatkan jangan main-main dengan hukum. Kok sudah bicara biasa seperti dulunya, saya biasanya kompromi hampir jalan tengah, kan. Ini supaya dimaklumi ini terjadi gini, yuk negara jalan harus gini," sebutnya.

"Ini rupanya, Pak, secara politik, ya, Pak Mulyono itu semakin parah mainnya hehehe," imbuh dia.

Mulyono merupakan nama masa kecil Jokowi. Karena Mulyono sakit-sakitan, orang tuanya mengganti nama itu menjadi Joko Widodo.

Mahfud pun menduga tindakan cawe-cawe Jokowi tak hanya terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK). 

Setelah diduga memuluskan langkah putra sulungnya, giliran putra bungsunya bernama Kaesang Pangarep yang diduga dibantu untuk bisa bertarung di Pilkada serentak.

Langkah itu dilakukan lewat gugatan yang diajukan ke Mahkamah Agung (MA) terkait batas usia calon kepala daerah. 

MA memutuskan bahwa batas usia untuk calon gubernur minimal 30 tahun saat dilantik sebagai pasangan calon. Sebelumnya, usia minimal 30 tahun berlaku saat penetapan pasangan calon.

"Iya diyakini secara politik [didesain Jokowi]. Iya, kan, gimana caranya seorang Hakim Agung memutus sesuatu yang menurut undang-undang hanya boleh dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Lalu menjadi confirm bahwa salah keputusan Mahkamah Agung ini ketika MK memutus," tuturnya.

"Bahwa itu bukan urusan Anda, ini udah benar nih undang-undang. Kan, menjadi confirm bahwa itu ada permainan. Nah, siapa yang main, lalu itu analisis politik, kan. Enggak bisa nunjuk orang begitu. Tapi analisis politik itu memungkinkan, karena yang paling berkepentingan di situ memang keluarga Pak Jokowi," lanjut dia.

Oleh karena itu, Mahfud menyebut bahwa tensi kritiknya pun makin keras kepada Jokowi.

"Nah, maka saya bilang, waduh ini sudah parah. Sehingga saya meningkatkan tensi saya. Saya ini harus lebih blak-blakan bahwa ini permainan. Permainan yang menjadi pergunjingan orang tapi pura-pura nggak dengar, kan," terang Mahfud.

Lebih lanjut, mantan Ketua MK itu membantah bahwa kritik kerasnya untuk Jokowi bukan karena dirinya kalah di Pilpres 2024 lalu. Ia mengaku telah menerima keputusan MK yang menetapkan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.

Akan tetapi, lanjutnya, kritik itu dilontarkan semata sebagai warga negara.

"Tetapi, sekarang sebagai warga negara, saya melihat, kok seperti ini, nih? Mainnya rusak benar, nih, orang-orang. Sehingga lalu saya semakin keras," jelasnya.

Mahfud pun menyinggung hadis Nabi yang menerangkan tiga cara untuk menghadapi kemungkaran. Ia menyebut memilih cara kedua, yakni dengan lisan.

"Kalau kata Nabi itu, kalau kamu melihat kemungkaran, betulkan dia dengan kekuasaanmu. Kalau kamu sudah tidak punya kekuasaan, betulkan dia dengan lisanmu. Lalu, kalau kamu sudah tidak berani dengan lisan, maka berdoa lah kamu agar orang itu dicegah oleh Allah," ucap Mahfud.

"Nah saya ini, ambil yang kedua, ini saya lisan. Lisan pakai nada netral tidak didengar. Keras saja sekalian. Iya, kan? Keras saja sekalian," pungkasnya.***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved