Rocky Gerung menyebut cemerlangnya permainan Timnas sepak bola Tanah Air karena didominasi naturalisasi. Ini dinilainya sangat tidak ideal mengingat pamain dalam negeri di Timnas hanya beberapa orang saja.
“Kita mungkin melihat ada euforia di dalam persepakbolaan kita. Tapi euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa yang bermain di lapangan itu sebetulnya bukan grup (timnas) yang kita idealkan sebetulnya,” kata Rocky Gerung seperti dikutip dari kanal YouTube miliknya, Senin (16/9/2024).
Rocky kemudian menyebut naturalisasi di timnas Indonesia itu bak semacam penipuan terhadap sensasi.
“Apa yang sekarang disebut sebagai naturalisasi itu semacam penipuan terhadap sensasi itu,” jelas dia.
Pernyataan Rocky sontak menuai berbagai kritik dari warganet. Tak sedikit warganet yang menyebut Rocky merusak euforia yang bisa dinikmati berbagai lapisan masyarakat.
“Sepak bola yang jadi hiburan rakyat kecil, jangan rusak euforia bang,” tulis netizen warganet di kolom komentar.
“Terlalu banyak bacok kau Rocky Gerung. Cuma bacot doang bisanya,” komen akun lainnya.
“Coba anda menjadi pemainnya Bung Rocky,” canda warganet lainnya seperti dikutip dari indonesiainside
Rocky Gerung: Naturalisasi di Sepak Bola Semacam Penipuan
Akademisi Rocky Gerung, memberikan pandangannya tentang fenomena naturalisasi pemain untuk Timnas Indonesia.
Dikatakan Rocky, euforia di persepakbolaan Indonesia saat ini bisa menutupi kenyataan bahwa para pemain di lapangan bukanlah hasil dari pengembangan bibit lokal, melainkan pemain naturalisasi.
"Euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu sebetulnya adalah bukan grup yang kita idealkan sebetulnya," ujar Rocky dikutip dari unggahan akun X @muannas_alaidid (16/9/2024).
Ia menyebut hal ini sebagai "penipuan terhadap sensasi", di mana naturalisasi dilakukan sebagai solusi instan, tetapi mengabaikan upaya jangka panjang untuk membina talenta lokal.
"Karena apa yang sekarang disebut sebagai naturalisasi itu semacam penipuan terhadap sensasi," ucapnya.
Rocky mengkritik pendekatan ini, menganggapnya tidak selaras dengan prinsip patriotisme.
"Misalnya ada naturalisasi, tentu ada sesuatu yang tidak fit and proper dengan prinsip-prinsip patriotisme," cetusnya.
Meskipun sepak bola adalah olahraga global dan memberikan kegembiraan bagi banyak orang, ia berpendapat bahwa Timnas seharusnya dibangun dari talenta asli Indonesia.
"Tetapi kalau ada Timnas itu dan dianggap bahwa Timnas harusnya datang dari bibit-bibit kita," sebutnya.
Ia juga menyoroti bahwa naturalisasi mungkin menghentikan proses pembibitan pemain muda yang sebenarnya penting untuk keberlanjutan prestasi.
"Karena belum ada bibit, maka kita naturalisasi. Itu juga semacam pembenaran sehingga pembibitan itu berhenti," Rocky menuturkan.
Rocky menekankan pentingnya membangun kebanggaan nasional melalui pembibitan pemain lokal, meskipun itu berarti Timnas mengalami kekalahan sementara.
"Jadi kita mesti anggap, walaupun kita kalah melulu tapi kita ada upaya untuk menghasilkan prestasi melalui pembibitan," terangnya.
Menurutnya, prestasi sejati harus datang dari upaya jangka panjang yang melibatkan pengembangan kurikulum olahraga yang didukung oleh ilmu olahraga modern.
"Kurikulum yang bahkan bisa dibantu dengan ilmu olahraga mutakhir. Jadi kita musti hidupkan kembali bahwa sepakbola itu kebanggaan nasional. Bukan hasil dari naturalisasi. Kira-kira dalilnya itu," imbuhnya.
Rocky kemudian mengingatkan publik saat Presiden Jokowi menghampiri pemain Indonesia usai laga melawan Timnas Australia. Tidak sedikit supporter yang berteriak 'Mulyono'.
"Peristiwa Presiden Jokowi mungkin ketika masuk lapangan memuji-muji lalu diMulyonokan, itu penanda sinisisme," sentilnya.
Ia juga mengaitkan hal ini dengan kebijakan negara, menyamakan pemain naturalisasi dengan praktik berutang dari luar negeri, di mana solusi instan dipilih tanpa memikirkan dampak jangka panjang.
"Seolah-olah hendak dikatakan pak Presiden kita menang tapi pak Presiden tidak memberi perhatian penuh pada olahraga sehingga terpaksa kita musti seperti kebiasaan presiden, hutang luar negeri," tandasnya.
Rocky bilang, dengan berhutang dari luar negeri sehingga dianggap bahwa pemain-pemain yang dinaturalisasi itu sebetulnya sama seperti meminjam.
Ia juga menyinggung, terlalu banyak pemain naturalisasi di Timnas Indonesia, yang ia sebut sebagai "nat" dibandingkan "nas," yang merujuk pada identitas asli Timnas.
"Kita tahu bahwa di Timnas kita sebetulnya nasnya itu sedikit sekali, yang banyak adalah natnya. Itu naturalisasi," kuncinya.***