Menjelang akhir bulan September, publik tanah air senantiasa diingatkan terkait tragedi berdarah berkode G30S/PKI.
Mengenai peristiwa yang menewaskan sejumlah jenderal tersebut hingga kini urung diketahui siapa dalang di balik tragedi tersebut.
Geger politik G30S/PKI yang berujung pada peristiwa penculikan dan pembunuhan Dewan Jenderal hingga nyaris 60 tahun masih menyisakan misteri terutama perihal dalang peristiwanya.
Kontroversi mengenai sosok yang menjadi otak pemberontakan tersebut hingga saat ini masih saja jadi perbincangan.
Diskusi hingga beragam teori terkait siapa yang bertanggung jawab pun masih terus bergulir.
Bila merangkum dari berbagai sumber terdapat dugaan sejumlah pihak yang diduga merupakan dalang dari peristiwa G30S/PKI.
1. Presiden Soekarno
Masa-masa menjelang meledaknya peristiwa G30S/PKI, Presiden Soekarno terlihat mesra dengan PKI.
Kebijakan politiknya pun tampak cenderung ke kiri seperti ide tentang Nasakom, pembentukan Dewan Penasehat Nasakom hingga gagasan Angkatan ke V yang mempersenjatai buruh serta petani sebagai tulang punggung PKI.
Kecenderungan itupun sempat membuat militer dalam hal ini Angkatan Darat cemburu.
Hingga kemudian meletuslah peristiwa penculikan para jenderal pada 30 September 1965.
Sejumlah sumber buku menyebut adanya keterlibatan pengaruh Soekarno dalam peristiwa berdarah tersebut.
Beberapa buku tersebut diantaranya The Sukarno File 1965-1967: Chronology of Defeat terbitan 2006 karya Antonie C.A Dake, lalu ada buku bertajuk Pembantaian yang Ditutup-tutupi Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno karya Lambert Giebels.
Sejumlah buku itu menuding dalang dari peristiwa G30S/PKI adalah Soekarno. Apalagi ketika peristiwa tersebut terjadi, Bung Karno tak mau mengutuk PKI yang kemudian diartikan ia mendukung kudeta tersebut.
2. Jenderal Soeharto
Nama Soeharto mencuat setelah muncul kecurigaan ia yang notabene juga berpangkat jenderal tetapi tak menjadi salah satu sasaran penculikan pada peristiwa G30S/PKI.
Sosok yang kala itu merupakan petinggi Kostrad kemudian disebut terlibat dalam konspirasi peristiwa G30S/PKI.
Salah satu dugaan tersebut muncul dalam tulisan Soebandrio lewat jurnalnya bertajuk Kesaksianku tentang G30S.
Di dalam jurnal tersebut, Soebandrio menduga ada pertemuan rahasia antara Soeharto dengan Latief dan Letkol Untung selaku pemimpin aksi penculikan para Dewan Jenderal di malam 30 September 1965.
Soebandrio menyebut bahwa Latief sempat mengungkapkan rencana kudeta Presiden Soekarno, tetapi Soeharto terkesan membiarkannya.
Di sisi lain, Soeharto juga disebut tak memberitahukan informasi terkait kudeta tersebut kepada pemimpinnya Jenderal AH Nasution yang belakangan turut jadi korban dalam peristiwa G30S/PKI.
3. DN Aidit
Dugaan dalang berikutnya yang selama ini diketahui yakni PKI dalam hal ini DN Aidit sebagai pimpinan partai tersebut.
DN Aidit disebut pernah mengemukakan soal rencana mengkudeta Dewan Jenderal dalam sidang Polit Biro CC PKI yang digelar pada Agustus 1965.
Tujuan mengeliminasi Dewan Jendral utamanya adalah untuk melanggengkan paham komunis di Indonesia.
Hal itu seperti disebutkan dalam buku karya Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh bertajuk Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia terbitan 1968.
4. Konflik di Tubuh Angkatan Darat
Dalam teori lainnya, dalang peristiwa G30S/PKI tak lain bermula dari adanya konflik kuasa di internal Angkatan Darat.
Menurut Harold Crouch dalam bukunya bertajuk Army and Politics in Indonesia menyebut suasana di tubuh Angkatan Darat sangat tak kondusif menjelang tahun 1965.
Matra militer terkuat di Indonesia kala itu mengalami perpecahan di internal dengan munculnya dua faksi yang sama-sama berseberangan dengan kebijakan politik Presiden Soekarno.
Dari sejumlah teori yang dimuat di lipi.go.id, disebutkan terdapat sejumlah perwira Angkatan Darat yang bersekongkol dengan anggota Biro Khusus PKI untuk menculik beberapa perwira tinggi yang diduga masuk dalam bagian Dewan Jenderal.
5. CIA
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul teori yang menyebut bahwa dalang di balik peristiwa G30S/PKI adanya campur tangan dari agen rahasia milik Amerika Serikat yakni CIA.
Pada era 1960-an, dunia tengah dipengaruhi oleh dua ideologi besar yakni komunis dan demokrasi.
Gelombang itu kemudian turut memengaruhi konstelasi politik di Indonesia.
Disebutkan bahwa campur tangan CIA di Indonesia tak lain untuk menjaga ideologi politik yang dianut Amerika dan negara sekutu yang letaknya tak jauh dari Indonesia.