Aksi pembubaran diskusi diaspora yang dilakukan oleh sekelompok massa di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, berbuntut panjang.
Peristiwa yang terjadi di Hotel Grand Kemang ini menarik perhatian publik setelah video yang merekam aksi para preman di bawah komando Fhelick E Kalawali (FEK) tersebar luas di media sosial.
Dalam video tersebut, Fhelick terdengar mengancam petugas keamanan hotel yang mencoba menghalau mereka.
"Security jangan main fisik dengan kami sebab kami dapat perintah langsung," ujar Fhelick dalam video yang kini viral.
Ucapan Fhelick ini segera mengundang pertanyaan dari netizen, yang penasaran siapa sosok yang memberi perintah kepada Fhelick dan kelompoknya untuk membubarkan acara tersebut.
Dalam beberapa akun X disebut kalau Fhelick E Kalawali sebagai bang Black Panglima Suanggi Alor.
Menanggapi kejadian ini, Polda Metro Jaya segera mengambil tindakan tegas.
Lima orang ditangkap terkait insiden pembubaran paksa diskusi tersebut.
Dari lima orang yang diamankan, dua di antaranya langsung ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Fhelick E Kalawali (FEK) dan Godlip Wabano (GW).
Keduanya diduga terlibat langsung dalam pengorganisasian massa dan aksi intimidasi yang terjadi.
Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Djati Wiyoto Abadhy, dalam konferensi persnya pada Minggu (29/9/2024) menyebutkan bahwa FEK berperan sebagai koordinator lapangan dalam aksi tersebut.
"Salah satu tersangka berinisial FEK, bertindak sebagai koordinator lapangan," ungkap Brigjen Djati kepada awak media.
Penetapan FEK sebagai tersangka memunculkan banyak spekulasi di media sosial.
Banyak netizen menuntut kejelasan terkait siapa yang memberi perintah kepada FEK untuk membubarkan diskusi tersebut.
Beberapa teori konspirasi bahkan muncul, meskipun pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi mengenai hal ini.
Selain itu, Godlip Wabano (GW), yang juga ditetapkan sebagai tersangka, diduga terlibat dalam pengerahan massa yang bersikap agresif terhadap peserta diskusi.
Polda Metro Jaya masih terus mendalami kasus ini untuk mengungkap aktor-aktor lain yang mungkin terlibat dalam aksi tersebut.
Aksi premanisme yang terjadi di Hotel Grand Kemang tidak hanya mengejutkan publik, tetapi juga memicu kekhawatiran terkait kebebasan berpendapat di Indonesia.
Banyak pihak mengecam tindakan kekerasan tersebut dan mendesak pihak berwenang untuk mengusut tuntas dalang di balik peristiwa ini.
Polda Metro Jaya sendiri menyatakan komitmennya untuk menegakkan hukum secara adil dan transparan.
"Kami tidak akan mentolerir segala bentuk kekerasan dan intimidasi. Kami akan terus menindak para pelaku yang terlibat dalam aksi ini, serta pihak-pihak yang memerintahkan tindakan tersebut," tegas Wakapolda Djati.
Diskusi diaspora yang dibubarkan tersebut rencananya akan membahas isu-isu sosial dan kebangsaan yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri.
Sayangnya, acara tersebut tidak bisa berjalan sesuai rencana akibat intervensi kelompok yang dipimpin oleh FEK dan GW.
Hingga berita ini diturunkan, penyelidikan terhadap kasus ini masih terus berlanjut.
Polda Metro Jaya mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing dengan spekulasi yang beredar di media sosial, dan meminta agar publik mempercayakan proses hukum kepada pihak yang berwenang seperti dikutip dari porosjakarta
Ini Identitas Koordinator Perusuh Acara Diskusi Tokoh, Sempat Pelukan Dengan Polisi
Sejumlah acara masyarakat sipil diadang oleh massa tak dikenal dalam dua hari terakhir, seperti diskusi Forum Tanah Air dan aksi mengarak 'Raja Jawa' di Jakarta.
Acara-acara ini memang digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, terutama menyinggung rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam undangan yang diterima terkait aksi arak-arakan, massa aksi disebut akan mengarak 'Raja Jawa' dan membacakan '7 deadly sins' dari rezim yang dianggap telah memperburuk kondisi demokrasi dan kelestarian lingkungan.
Massa aksi awalnya berencana kumpul di Taman Menteng Jakarta Pusat sekitar pukul 14.00 WIB dan melakukan longmars ke Skate Park Dukuh Atas.
Namun, saat aksi hendak dimulai dari Taman Menteng, tiba-tiba segerombolan massa tak dikenal mengadang dan merampas alat peraga aksi yang mereka bawa.
"Mereka lihat poster yang kita bawa. Tiba-tiba alat peraga diambil, poster yang Raja Jawa. Semua diambil. Mereka banyak. Mereka lebih banyak. Toa diambil," kata salah satu peserta aksi bernama Arhan.
Namun, massa tetap melanjutkan aksi dengan melewati rute Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Imam Bonjol, hingga Jalan Jendral Sudirman.
Saat di jalan Jenderal Sudirman dan hendak belok menuju kawasan Skate Park Dukuh Atas, mereka tiba-tiba dihalau oleh sekelompok massa tak dikenal lagi. Sekelompok massa itu meminta aksi dibubarkan.
Terlihat massa tak dikenal ini mencoba merebut atribut aksi. Mereka juga terlibat cekcok hingga timbul kericuhan.
"Mereka incar di pinggir jalan. Nah pas pertigaan mereka cepat tiba-tiba lari ambil alat peraga. Mereka juga menendang," kata salah satu peserta aksi Arhan.
Usai ricuh, para peserta aksi pun perlahan-lahan membubarkan diri sekitar pukul 15.37 WIB
Penyerangan juga dirasakan oleh diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air di sebuah hotel di Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (28/9).
Diskusi yang dihadiri oleh sejumlah tokoh seperti Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, M. Din Syamsuddin, Rizal Fadhilah, dan Sunarko itu dibubarkan paksa oleh sekelompok orang tak dikenal.
Din Syamsuddin mengatakan awalnya sejak pagi sekelompok massa tak dikenal telah melakukan aksi orasi dari atas mobil komando di depan hotel sebelum acara dimulai.
"Tidak terlalu jelas pesan yang mereka sampaikan kecuali mengkritik para narasumber yang diundang dan membela rezim Presiden Jokowi," kata kata Din dalam keterangannya.
Kemudian, saat acara akan dimulai massa tersebut justru masuk ke dalam ruangan dan mulai melakukan aksi perusakan.
"Acara baru akan dimulai massa anarkis memasuki ruangan hotel dan mengobrak abrik ruangan. Polisi kelihatan diam membiarkan massa pengacau," ucap Din.
Akibatnya, acara diskusi batal dan menjadi konferensi pers. Dalam konferensi pers itu, para pembicara mengecam tindakan brutal kelompok massa dan menyayangkan aparat keamanan tidak menjaga keamanan dan melindungi masyarakat yang berkumpul di ruangan hotel.
Marwan Batubara yang juga turut hadir dalam acara itu membenarkan ihwal aksi penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Sekuriti hotel katanya juga bahkan juga turut menjadi korban dalam aksi penyerangan tersebut.
"Mereka masuk ke dalam ruangan dan mengobrak-abrik perangkat, misalnya ada tripod, screen untuk in focus atau display lah ya, lalu mic, ada tongkat mic dicabut dipukulkan ke meja pokoknya menyerang dengan cara yang brutal," tutur dia.
"Dan ini kita nyatakan, setelah itu kan konferensi pers, ini tidak beradab, ini primitif, ini biadab, ini represif, itu secara objektif memang seperti itu adanya," sambungnya.
INI DIA KOORDINATOR PERUSUH ACARA DISKUSI TOKOH
Nama : Yacobus
Pekerjaan : kordinator parkir discotik 2001 Cengkareng
Alamat : jln. Kapuk Raya Cengkareng Jakarta barat
Tunggu apa lagi @DivHumas_Polri?
Mohon jangan sampai kasus ini berkembang jadi konflik horisontal dan isue SARA!
NIH ORANGNYA... YANG BERPELUKAN DENGAN POLISI.***