Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Hizbullah Terapkan Strategi Membuat Tuli dan Buta Israel, Teknologi Canggih Terkecoh Perangkat Jadul

Gerakan Hizbullah Lebanon dilaporkan mampu mengecoh teknologi pengawasan canggih Israel di garis perbatasan wilayah kedua negara, kantor berita Reuters melaporkan.

Seperti diketahui, konfrontasi antara petempur Hizbullah Lebanon dan tentara Israel (IDF) di perbatasan makin intensif seiring berlarutnya perang dan invasi (IDF) di Jalur Gaza.

"Seiring dimulainya operasi Badai Al Aqsa, oleh kelompok-kelompok milisi perlawanan Palestina, Hizbullah, dalam rangka memerangi sejumlah besar kekuatan pasukan Israel, di utara Wilayah pendudukan, dan menurunkan tekanan terhadap perlawanan di Gaza, melancarkan operasi militer berat yang dilakukan setiap hari terhadap target-target Israel, di dalam Wilayah pendudukan," tulis PT, dikutip Rabu (10/7/2024).

Terkait upaya melemahkan kekuatan IDF, Hizbullah menerapkan strategi yang diyakini tidak terbaca secara jelas oleh perangkat pengawasan canggih yang dimiliki Israel.

"Hizbullah menggunakan teknologi drone miliknya untuk melakukan observasi, dan menyerang pusat-pusat pengumpulan informasi Israel, strategi yang disebut Sekjen Hizbullah sebagai strategi membuat tuli dan buta Israel," tulis Reuters.

Menurut Reuters, Hizbullah, melarang penggunaan telepon seluler oleh pasukannya karena kemungkinan terlacaknya posisi mereka.

Ketimbang memakai perangkat kekinian, Hizbullah meminta para pertempurnya menggunakan perangkat yang lebih tua alias 'Jadul' termasuk pager dan pengirim pesan yang dapat mengirim pesan-pesan suara secara pribadi.

Ilustrasi drone penyerang. Pasukan Israel mengakui kalau milisi Hizbullah Lebanon mampu meluncurkan drone menembus wilayah pendudukan Israel di Galilea sejauh 40 kilometer tanpa bisa dicegat sistem pertahanan udara Iron Dome.Lihat gambar di aplikasi hemat data hingga 80%.

Ilustrasi drone penyerang. Pasukan Israel mengakui kalau milisi Hizbullah Lebanon mampu meluncurkan drone menembus wilayah pendudukan Israel di Galilea sejauh 40 kilometer tanpa bisa dicegat sistem pertahanan udara Iron Dome. (khaberni/HO)

Drone Hizbullah Lalu-lalang di Atas Pemukiman Yahudi Israel

Video baru yang diambil oleh drone Hizbullah, Hodhod, dari dalam Wilayah pendudukan, telah memicu reaksi luas media-media Israel, dan mereka percaya tujuan publikasi video lokasi-lokasi sensitif Israel, oleh Hizbullah, sebagai kekuatan pencegahan yang dipaksakan terhadap sistem keamanan-militer Rezim Zionis.

Para pakar Israel, sehubungan dengan hal ini mengatakan bahwa langkah tersebut adalah bentuk lain dari pertempuran yang menunjukkan tingkat kemampuan Hizbullah.

Menanggapi publikasi video Hizbullah ini, media-media Israel melaporkan, "Hizbullah memublikasikan peta dan video pangkalan-pangkalan militer yang sejak sembilan bulan lalu menjadi target serangan di Dataran Tinggi Golan."

Apa yang membuat Rezim Zionis, khawatir adalah terbangnya secara bebas drone Hodhod di wilayah pemukiman Yahudi Israel, seperti Nahariya, Akka, Golan, dan Afula, di utara Wilayah pendudukan, dan sistem-sistem pertahanan udara Israel, tidak menyadarinya.

Media-media Israel, mengakui kalau Hizbullah, memiliki kemampuan yang lebih besar, dan bisa menerbangkan beberapa skuadron drone, dan jika sampai terjadi perang, hal itu pasti akan dilakukannya.

Hizbullah hari Selasa, kembali merilis bagian lain dari operasi identifikasi drone Hodhod, di atas markas intelijen, militer dan pusat komando pasukan Israel, di Dataran Tinggi Golan, Suriah.

Pada akhir bulan Juni 2024, sumber media Israel, mengabarkan masuknya drone Hizbullah, ke utara Wilayah pendudukan, dan berhasil mengambil foto serta video lokasi-lokasi sensitif di pelabuhan Haifa.

Perkembangan terbaru, Hizbullah masih terus melakukan penyerangan ke Israel, di mana roket kelompok Lebanon tersebut menyerang Dataran Tinggi Golan.

Sebanyak 40 proyektil ditembakkan Hizbullah ke Israel dalam serangan tersebut.

Akibat serangan itu, dua warga sipil Israel tewas, Selasa (9/7/2024).

Pria dan wanita warga Israel tersebut tewas ketika sebuah roket langsung menghantam kendaraan yang mereka tumpangi, bahkan mobil korban sampai hancur, kata layanan penyelamatan setempat.

Sebelumnya pasangan itu melewati Persimpangan Nafah di Route 91.

Kematian mereka membuat jumlah warga sipil yang terbunuh di Israel di tengah bentrokan selama berbulan-bulan dengan Hizbullah menjadi 12 orang.

Hizbullah mengklaim telah menargetkan pangkalan militer Nafah IDF, yang terletak tepat di selatan komunitas Ortal, mengutip Times Of Israel.

Hizbullah yang didukung Iran mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap kematian agennya Yasser Qarnabash di Suriah pada hari sebelumnya.

Hizbullah mengkonfirmasi kematian Qarnabash menyusul pemberitaan di media Arab namun tidak merinci peran atau jabatannya.

Qarnabash dikatakan tewas dalam serangan terhadap kendaraan Hizbullah di dekat pos pemeriksaan tentara Suriah di jalan raya Damaskus-Beirut.

Serangan tersebut dikaitkan dengan Israel oleh media pemerintah Suriah, meskipun IDF tidak mengomentari serangan itu lebih lanjut.

IDF Tak Siap Perang Habis-habisan Lawan Hizbullah seusai Lawan Hamas

Sumber dari IDF menyebut mereka tak siap jika langsung perang habis-habisan dengan Hizbullah, Lebanon.

Hal itu menurut sumber para perwira militer IDF.

Pernyataan tersebut juga untuk meyakinkan perlunya gencatan senjata di Gaza, hal ini lantaran kemampuan serta amunisi IDF yang menipis.

Sikap para pejabat tinggi IDF itu dilaporkan telah menciptakan keretakan antara militer dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang menentang gencatan senjata.

Menurut Netanyahu jika gencatan senjata dilakukan, hal itu akan memungkinkan Hamas bertahan dari perang.

Para jenderal IDF percaya gencatan senjata adalah cara terbaik untuk menjamin pembebasan sekitar 120 warga Israel yang masih ditahan di Gaza, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Karena IDF tidak memiliki perlengkapan yang cukup untuk menghadapi pertempuran lanjutan setelah perang terpanjang Israel dalam beberapa dekade.

"Para jenderal juga berpikir bahwa pasukan IDF memerlukan waktu untuk memulihkan diri jika perang darat meletus melawan Hizbullah," tambah laporan itu, mengutip beberapa pejabat IDF yang tak ingin disebutkan namanya, mengutip Palestine Chronicle.

Menurut para pejabat IDF, gencatan senjata dengan Hamas juga dapat memfasilitasi kesepakatan dengan Hizbullah.

Eyal Hulata, yang menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Israel hingga awal tahun lalu, secara rutin berbicara dengan pejabat senior militer, mengatakan, militer IDF sepenuhnya mendukung kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata.

Mereka yakin selalu dapat kembali dan melawan Hamas secara militer di masa mendatang.

Hulata juga dilaporkan mengindikasikan IDF usai melawan pejuang Palestina kini memiliki lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, dan lebih sedikit energi daripada yang mereka miliki sebelumnya.

"Jadi mereka juga berpikir jeda di Gaza memberi kita lebih banyak waktu untuk bersiap jika perang yang lebih besar benar-benar pecah dengan Hizbullah," bunyi laporan tersebut.

Sumber Berita / Artikel Asli : tribunnews

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved