Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

'Ada Udang di Balik Klub Presiden'

 

Pembentukan presidential club diduga hanya menjadi ajang Prabowo Subianto merayu Megawati agar PDI Perjuangan tak menjadi partai oposisi.

Wacana presidential club alias klub presiden berisi para mantan presiden bukan baru-baru ini saja muncul. Gagasan itu sudah sering keluar dari bibir Prabowo Subianto sejak 2014. Dalam sejumlah rapat internal Partai Gerindra, Prabowo kerap menyampaikan keinginannya menyatukan para mantan presiden dengan presiden yang tengah menjabat. Hanya, ide itu harus tertunda 10 tahun karena Menteri Pertahanan ini dua kali kalah dalam kontestasi, pada Pilpres 2014 dan 2019.

“Sering sekali Pak Prabowo bicara, ‘Kalau kita ini dapat amanah, dapat kepercayaan, maka kita akan melibatkan presiden-presiden yang pernah menjabat sebelumnya’,” tutur Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman kepada detikX sembari mengingat-ingat yang disampaikan Prabowo beberapa tahun silam.

Tahun ini, Prabowo berhasil menang setelah menggaet putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai calon wakil presiden. Wacana paguyuban presiden dan mantan presiden itu pun rencananya bakal diejawantahkan. Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, adalah orang yang pertama kali menyampaikan gagasan itu kepada publik. Dahnil bilang klub presiden bakal menjadi ajang silaturahmi sekaligus diskusi para mantan presiden dengan Prabowo.

Tujuannya, agar Prabowo bisa mendapatkan masukan dari para mantan presiden untuk menghadapi tantangan sebagai pemimpin tertinggi Indonesia selama lima tahun ke depan. Paguyuban ini dibuat agar presiden terpilih melanjutkan kebijakan-kebijakan dan rencana pembangunan presiden sebelumnya. Forumnya bakal dibentuk secara informal.

“Silaturahim akan terjalin terlepas apa pun namanya, apakah presidential club atau musyawarah para presiden, apa pun itu namanya,” tutur Dahnil melalui pesan singkat pada Rabu, 8 Mei 2024.

Terlalu mahal kalau (presidential club) didedikasikan hanya untuk, misalnya, menghilangkan sekat problem psikologis antar-mantan presiden.”

Tujuan yang disampaikan Dahnil tersebut agak disangsikan sebagian kalangan. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menganggap pembentukan klub presiden hanya cara Prabowo untuk ‘menebus dosa’ atas kemenangannya sendiri, yang ternyata malah meretakkan hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Jokowi.

Hubungan keduanya retak lantaran Jokowi memilih mendukung Prabowo, yang maju bersama anaknya, Gibran Rakabuming Raka, ketimbang pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md, yang diusung PDI Perjuangan. Jokowi merupakan presiden yang diusung PDI Perjuangan pada dua periode terakhir 2014 dan 2019.

“Prabowo punya beban mendamaikan Mega dan Jokowi,” terang Ujang melalui pesan suara WhatsApp kepada detikX pada Selasa, 7 Mei lalu.

‘Udang di balik batu’ ini juga yang dikhawatirkan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Syaiful Huda. Ketua Komisi X DPR RI ini sepakat dengan gagasan klub presiden jika sebatas ajang berbagi pengetahuan antara mantan presiden dan presiden terpilih. Diskusi itu, menurut Syaiful, penting untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Indonesia pada masa depan.

Tetapi, jika tujuannya untuk menyatukan pihak-pihak yang berseteru, kata Syaiful lagi, itu sama sekali tidak perlu. Syaiful khawatir wacana forum klub presiden hanya menjadi agenda titipan dari pihak-pihak yang merasa bersalah atas terjadinya perseteruan di antara mantan presiden. Hal semacam itu lebih baik tetap menjadi urusan antar-individu masing-masing, bukan malah menjadi tanggung jawab presiden terpilih.

“Terlalu mahal kalau (presidential club) didedikasikan hanya untuk, misalnya, menghilangkan sekat problem psikologis antar-mantan presiden,” jelas Syaiful melalui telepon pekan lalu.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiarti menganggap wacana klub presiden memang perlu dicermati dari segi tujuan pembentukannya. Sebab, kini satu-satunya mantan presiden yang belum secara resmi tergabung dalam koalisi pemerintahan terpilih hanyalah Megawati, yang notabene seorang ketua umum partai. Partai besutan putri presiden pertama Indonesia ini merupakan pemegang suara terbanyak di DPR RI periode 2024-2029.

PDI Perjuangan berpeluang menjadi oposisi yang cukup kuat bagi koalisi gendut pemerintahan Prabowo-Gibran. Di parlemen, Prabowo-Gibran didukung oleh mayoritas partai, termasuk Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat. Belakangan, Partai NasDem dan PKB juga secara resmi menyatakan dukungannya kepada Prabowo-Gibran. Hanya PDI Perjuangan dan PKS yang belum menentukan posisinya.

Apabila, kata Aisah, tujuan pembentukan klub presiden adalah untuk melamar PDI Perjuangan masuk ke koalisi pemerintah, proses pengambilan keputusan di parlemen akan semakin tidak seimbang. Tidak ada checks and balances yang baik dalam proses pengambilan kebijakan di parlemen. Sebab, jika PDI Perjuangan masuk ke koalisi pemerintahan, praktis hanya PKS yang menjadi oposisi.

“Efeknya jadi jangka panjang dan luas ke kepentingan publik untuk menjaga checks and balances systemsupaya demokrasinya bisa berjalan efektif dengan adanya ruang oposisi di parlemen,” terang Aisah kepada detikX pekan lalu.

Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, jika dua alasan itu menjadi tujuan sebenarnya dari pembentukan klub presiden, Prabowo sejatinya hanya sedang membuang-buang waktu. Sebagai presiden terpilih, menurut Adi, Prabowo tidak perlu menjadi jembatan bagi para mantan presiden yang berseteru.

Sebab, membaik atau tidaknya hubungan Megawati dengan SBY dan Jokowi sama sekali tidak memberikan manfaat apa pun bagi Indonesia. Indonesia, kata Adi, tetap baik-baik saja walaupun para mantan presiden ini tidak saling tegur sapa selama puluhan tahun.

Lantas, jika tujuannya untuk mengurangi resistensi di parlemen, pembentukan klub presiden juga tidak dirasa tidak begitu penting. Prabowo cukup mendekati Megawati tanpa perlu membuat forum klub presiden yang malah bakal memberatkan tugasnya menjelang pelantikan presiden pada Oktober mendatang. Toh, kalaupun PDI Perjuangan tidak ingin bergabung, koalisi pemerintahan akan tetap kuat di parlemen karena Prabowo sudah didukung sebagian besar partai di parlemen.

“Jadi Megawati, tanpa diajak sekalipun, tanpa Megawati diajak bicara sekalipun, koalisi pendukung Prabowo bisa dipastikan menang (di parlemen),” terang Adi kepada detikX melalui telepon pekan lalu.

Menanggapi kekhawatiran itu, anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan tujuan Prabowo membentuk klub presiden memang untuk merekatkan kembali hubungan yang sempat retak di antara mantan presiden. Habiburokhman melanjutkan, tidak ada yang salah dengan itu. Tujuan ini justru baik untuk menunjukkan Indonesia sebagai negara yang kompak.

Walaupun nantinya pembentukan klub presiden menjadi titik awal bergabungnya PDI Perjuangan ke koalisi pemerintahan, itu sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, kata Habiburokhman, konstitusi dan demokrasi di Indonesia memang tidak didesain untuk adanya oposisi seperti di Amerika Serikat.

“Kok kita takut dengan kekompakan para elite, sih? Apa memang ada kekuatan yang ingin terus memecah belah kita? Kalau kompak, apa yang salah? Kalau kritisi, kan kita punya mekanisme, toh kita bangsa musyawarah,” pungkas Habiburokhman.

Sumber Berita / Artikel Asli : Detik X

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved