Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Siap-Siap Pak Jokowi! Besok Bisa Dapat Kabar Buruk Nih

  

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 diperkirakan akan menanjak ditopang konsumsi. Namun, pertumbuhan ekonomi akan melandai epanjang 2023 dibandingkan 2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 dan keseluruhan 2023 pada Senin (5/2/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Oktober-Desember 2023 atau kuartal IV mencapai 5,01% (year on year/yoy) dan tumbuh 0,42% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).


Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 (yoy) dan 1,60% (qtq) pada kuartal III-2023.

Dengan menghitung pertumbuhan ekonomi kuartal I-III pada 2023 dan proyeksi kuartal IV-2023 maka pertumbuhan ekonomi full year 2023 akan berada di angka 5,04%. Pertumbuhan akan lebih rendah dibandingkan pada 2022 sebesar 5,31%.

Proyeksi tersebut sejalan dengan forecast pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 akan ada di atas 5% sehingga secara keseluruhan tahun ada di kisaran 5%.
Sementara itu, BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan dalam kisaran 4,5%-5,3%.

Konsumsi Topang Pertumbuhan Kuartal IV-2023, Awas Sinyal Perlambatan Mulai Kencang

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Ekonomi kuartal IV-2023 utamanya akan ditopang oleh konsumsi masyarakat, terutama selama Natal dan Tahun Baru (Nataru). Berkurangnya dampak kenaikan harga BBM subsidi juga menopang konsumsi.

Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM subsidi lebih dari 30% pada awal September 2022. Kenaikan harga tersebut melambungkan inflasi hingga menembus tetapi dampak inflasi akibat BBM sudah sepenuhnya hilang pada kuartal IV-2023.


"Pertumbuhan kuartal IV akan lebih tinggi karena pola musimannya. Belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur juga meningkat," tutur kepala ekonom Bank Mandiri, kepada CNBC Indonesia.

Kenaikan konsumsi tercermin dari data Mandiri Spending Index. Indeks belanja masyarakat pada kuartal IV-2023 mencapai 199,1. Angka tersebut lebih besar dibandingkan pada kuartal III sebesar 165,8.

Indikator lainnya adalah penjualan semen domestik pada kuartal IV 2023 yang tercatat 19,2 juta ton atau melonjak sekitar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan kelompok pengeluaran yang terus menerus mengalami kontraksi penjualan (yoy) pada Oktober-Desember 2023 hanyalah barang budaya dan rekreasi serta peralatan informasi dan komunikasi.



Sebagai perbandingan, pada Oktober-Desember 2022, ada banyak kelompok barang yang terus kontraksi penjualannya mula dari suku cadang dan aksesori, bahan bakar kendaraan bermotor, hingga perlengkapan rumah tangga.


Dari sisi produksi, perbaikan permintaan tercermin melalui laju PMI Manufaktur. Pada Oktober-Desember 2023, rata-rata PMI Manufaktur mencapai 51,95 sementara pada Oktober-Desember 2022 hanya 51.

Namun, sejumlah data pada kuartal IV-2023 justru menunjukkan adanya perlambatan pada sejumlah indikator konsumsi.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil wholesales di pasar domestik pada Oktober-Desember 2023 atau kuartal IV mencapai 247.585 unit atau jeblok 14,6% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan motor pada kuartal IV-2023 tercatat 1,52 juta atau turun 5,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Merujuk data BI, rata-rata indeks penjualan riil tumbuh (yoy) pada September-Desember 2023 juga hanya mencapai 1,53% Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama 2022 yang tercatat 1,9%.

Indeks keyakinan konsumen juga terus menurun dari 124,3 pada Oktober 2023 menjadi 123,8 pada Desember 2022. 

Konsumsi menyumbang sekitar 53-56% pada total Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga laju konsumsi akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di luar konsumsi, ekspor, investasi hingga belanja pemerintah belum bisa menjadi motor penggerak ekonomi pada kuartal terakhir tahun lalu. Data BPS menunjukkan nilai ekspor pada kuartal IV-2023 mencapai US$ 66,56 miliar, atau turun 8,4% dibandingkan kuartal IV-2022 (US$ 72,63).

Melandainya ekspor sejalan dengan melemahnya harga komoditas andalan Indonesia mulai dari batu bara hingga minyak sawit mentah.

Impor pada Oktober-Desember 2023 tercatat US$ 57,35 miliar atau turun 1,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi pada kuartal IV-2023 tercatat Rp 365, 8 triliun atau tumbuh 16,2%. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2022 yang mencapai 30,3% (yoy).

Perlu dicatat jika data BKPM di luar investasi sektor Hulu Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Industri Rumah Tangga, Usaha Mikro dan Usaha Kecil.

Belanja pemerintah yang diharapkan menjadi tulang punggung pada kuartal IV tahun lalu juga seret.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan belanja negara pada Oktober-Desember 2023 tercatat Rp 1.154,01 triliun atau turun 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai perbandingan, belanja negara Oktober-Desember 2022 menembus Rp 1.176,9 triliun atau meningkat 20%.

Kabar positifnya, realisasi belanja modal melonjak 36,1% menjadi Rp 178 triliun da belanja barang melesat 13,1% menjadi Rp 183,36 triliun. Belanja pegawai naik tipis 2,3% menjadi Rp 92,77 triliun.

Ekonomi RI Diramal Hanya Tumbuh 5,04%
Secara keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,04% sepanjang 2023. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pada 2022 yang tercatat 5,31%.

Pertumbuhan sekitar 5,04% juga akan menjadi catatan negatif bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama hampir 10 tahun memimpin Indonesia, Jokowi selalu gagal memenuhi target pertumbuhan yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengecualian terjadi pada 2022 itupun dengan catatan karena basis tahun sebelumnya sangat rendah.

Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada 2023 disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari melambatnya konsumsi rumah tangga, ekspor, investasi, hingga pertumbuhan belanja negara.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit tertekan pada 2023 karena imbas kenaikan harga BBM pada September 2022 serta lonjakan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sebagai catatan, BI mengerek suku bunga secara drastis dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 6,0% per Desember 2023.

Meski lebih banyak mengerek suku bunga pada 2022 tetapi dampaknya masih terasa pada 2023. Pertumbuhan kredit perbankan terus merosot dari 11,35% (yoy) per Desember 2022 menjadi 10,3% (yoy) pada Desember 2023.
Perlambatan terutama terjadi pada kredit konsumsi yakni menjadi 8,9% (yoy) pada Desember 2023 dari 9,4% (yoy) pada Desember 2022.



Penurunan juga tercermin dari penjualan mobil sepanjang 2023 yang merosot 4% menjadi 1.005.802 unit. Namun, penjualan sepanjang 2023 melonjak 19,44% menjadi a6.236.992 unit.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2023 mencapai US$258,82 miliar atau turun 11,33% dibanding periode yang sama 2022.
Investasi yang dicatat BKPM juga hanya meningkat 17,5% menjadi Rp1.418,9 T pada tahun lalu. Bandingkan pada 2022 yang melesat 34%.


Realisasi Belanja 2023

Realisasi Belanja Negara sampai dengan 31 Desember 2023 Rp3.121,94 triliun atau hanya tumbuh 0,83% (yoy). Bandingkan pada 2022 yang melesat 10,9%.


Realisasi belanja barang hanya naik 0,81% sementara belanja bantuan sosial dari Kementerian/Lembaga Pusat terkontraksi sekitar 2,9% pada 2023.

Sumber Berita / Artikel Asli : CNBC Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved