Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Israel Bayar Artis, Influencer dan Buzzer Untuk Perbaiki Citra, Pantesan Ada Artis Indo Yang Bela Israel




Bobby Lee, seorang Komika Amerika mengungkap pemerintah Israel membayar artis, influencer dan buzzer untuk memperbaiki citra Israel.

"Pemerintan Israel menerbangkan para selebritis secara gratis dari luar negeri untuk melakukan tur secara gratis ke Israel. Mereka memberikan anda penerbangan firts class (kelas utama)," ujar Bobby Lee dalam podcast.

Bobby Lee juga ditawari, dan dia bertanya "Beneran gratis?"

Memang gratis secara biaya, tapi ternyata ada ongkos yang harus dibayar, yaitu begitu mendarat di Israel, maka setiap hari harus memposting hal-hal positif Israel.

Pantesan kemarin viral video artis/selebritis indo yang mempromosikan Israel... Israel damai, warga disana rukun, aman, ibadah dijamin, bla bla bla... TERNYATA BUZZER ZIONIS ISRAEL.

[VIDEO]


 

Peneliti Oxford Ungkap Dana Buzzer di Israel Capai Rp 1 Triliun

Laporan yang dibuat peneliti Universitas Oxford mengungkapkan dana buzzer di Israel bisa mencapai 100 juta dollar AS, atau Rp 1,4 triliun. 

Dalam laporan bertajuk The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation, pendengung Israel berada di level high capacity.

Artinya, buzzer di sana melibatkan jumlah besar, baik dalam sisi orang yang mengatur atau anggaran yang dipersiapkan untuk menyebarkan disinformasi.

Berdasarkan laporan dari peneliti Oxford, diketahui buzzer Israel merupakan tim berisi sekitar 400 orang, dan mendapatkan pelatihan formal.

Terdapat sejumlah kontrak antara 778.000 dollar AS, sekitar Rp 11 miliar, hingga Rp 100 juta dollar AS, atau sekitar Rp 1,4 triliun.

Mereka menggunakan berbagai lembaga dalam memberikan informasi penangkal. Baik itu melalui lembaga pemerintah maupun swasta.

Strategi yang mereka pakai menurut laporan Global Disinformation Order adalah memberikan konten yang bersifat mendukung pemerintah setempat, dan membuat oposisi terbelah.

Selain Israel, China juga masuk dalam kategori pasukan siber berkapasitas besar dengan tim berjumlah 300.000 sampai 2.000.000 orang.

Dikatakan dalam laporan tersebut, buzzer dalam kategori berkapasitas besar tidak hanya aktif ketika masa pemilihan umum berlangsung.

Mereka juga mempunyai staf permanen yang terlibat dalam penyebaran informasi baik di level domestik hingga mencakup negara lain.

Kisah Buzzer Israel Kampanyekan Damai di Timur Tengah 

Sekelompok buzzer asal Israel menggiatkan kampanye media sosial untuk menjaring dukungan bagi normalisasi diplomasi.

Meski berisi ajakan damai, pesan mereka enggan menggaung di kalangan masyarakat Arab.

Dari dalam kantor yang sempit dan dipenuhi peta Timur Tengah, sekelompok buzzer Israel melancarkan kampanye sosial media untuk memupuk penerimaan warga Arab terhadap negeri Yahudi tersebut.

Satuan tugas yang dibentuk Kementerian Luar Negeri itu menggunakan bahasa Arab untuk menyapa pengguna Facebook, Twitter atau Instagram.

Mereka adalah bagian dari upaya diplomasi Israel pascanormalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab.

Namun meredakan permusuhan yang dibina selama beberapa generasi bukan tugas mudah. November lalu, sebuah unggahan swafoto selebriti Mesir, Mohamed Ramadan, bersama penyanyi pop Israel, Omer Adam, di Dubai memicu badai kecaman.

Terutama Ramadan dijadikan sasaran amukan publik Mesir. Padahal unggahan itu dibubuhi kalimat "seni menyatukan kita semua.”

Pejabat Israel mengakui tantangan yang diemban para buzzer pemerintah, terlebih ketika lini masa media sosial kadung dipenuhi konten pro-Palestina, atau bukti visual pelanggaran HAM oleh tentara pendudukan.

Yonatan Gonen yang mengepalai unit media sosial berbahasa Arab di Kemenlu mengatakan, foto Mohamed Ramadan diunggah untuk mempromosikan "normalisasi” antara bangsa Arab dan Israel. 

Dia mengaku badai kecaman di media sosial memang mengecewakan, tapi menyadari prosesnya "membutuhkan waktu, orang mengubah pola pikirnya selama beberapa generasi.”

Harapan diutarakan Ofir Gandelman, juru bicara perdana menteri Israel. Menurutnya kini semakin banyak warga Arab yang melihat Israel sebagai sekutu, ketimbang musuh.

"Ketika perdamaian regional meluas, kemampuan berbicara dengan negara jiran dalam bahasa mereka sendiri menjadi sangat penting,” kata dia.

Tapi Dr. Ala'a Shehabi, peneliti Inggris berdarah Bahrain di London, mengatakan sentimen publik Arab masih pro-Palestina.

Ihwal kampanye buzzer Israel, dia mengatakan "tidak bisa dikatakan sukses jika kampanye ini belum bisa mengubah pandangan umum.”

Diplomasi digital jangka panjang

Israel membutuhkan dukungan publik Arab terhadap kesepakatan damai yang ditandatangani baru-baru ini.

Namun kesepakatan serupa yang sudah dijalin dengan Mesir sejak 1979 atau Yordania sejak 1994, hingga kini belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat.

Oktober lalu, Kementerian Urusan Strategis melaporkan, antara Agustus dan September 2020 tercatat lebih dari 90 persen unggahan berbahasa Arab di media sosial membiaskan "normalisasi” sebagai hal negatif.

"Israel harus menyiapkan kampanye online jangka panjang untuk meyakinkan bangsa Arab agar mendukung kemitraan yang lebih kuat dengan Israel,” begitu bunyi penggalan laporan tersebut, seperti dilansir Reuters. Seorang pejabat kementerian mengklaim, pada Januari jumlah unggahan negatif terkait normalisasi, anjlok sebanyak 75 persen. 

Saat ini tim itu memublikasikan sekitar 700 unggahan media sosial per bulan. Jumlahnya meningkat 20 persen setelah perjanjian normalisasi ditandatangani," tutur Gonen.

Salah seorang anggotanya, Lorena Khateeb, pernah mengunggah foto dirinya berbalut bendera Israel, "tidak pernah terbayang saya bisa mengibarkan bendera Israel di negara Arab,” katanya 21 November lalu dalam bahasa Arab dan Inggris. Beberapa hari kemudian, akun @IsraelintheGulf mengunggah ulang foto tersebut.

Minim dukungan warga umum



 

Gonen mengatakan tujuan kampanye adalah menciptakan "pertukaran, interaksi dan dialog” dengan audiens Arab.

Dia mengklaim mampu mencapai 100 juta pengguna setiap bulan, meningkat dua kali lipat ketimbang tahun sebelumnya.

Akun Twitter utama kelompok ini bernama @IsraelArabic dan diikuti oleh lebih dari 425.000 pengguna.

Michael Robbins, serang peneliti Arab Baromoter, lembaga survey independen, mengatakan jajak pendapat pascanormalisasi di Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Yordania dan Libanon mengindikasikan upaya Israel "tidak berdampak banyak pada pandangan umum masyarakat biasa,” kata dia.

Menurutnya sikap politik warga terhadap Israel di negara-negara itu tidak banyak berubah selama setahun terakhir.

"Secara keseluruhan, hasil ini mengindikasikan strategi Israel untuk meyakinkan penduduk tidak berhasil. Hanya sedikit warga Arab terlepas dari usia atau lokasi geografi yang punya pandangan positif terhadap Israel,” tukas Robin.

Sumber Berita / Artikel Asli : portalislam

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved