Beda KPK dalam Kasus Cicak vs Buaya Sekarang: Semenjak Dipimpin Firli Malah Kebalikan yang Terjadi

 

Aktivis Nicho Silalahi mengomentari perihal perumpamaan kasus cicak vs buaya yang menggambarkan pertarungan antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Perumpamaan tersebut kembali muncul imbas polemik pencopotan Brigjen Endar Priantoro dari jabatan Direktur Penyelidikan KPK. 

Di masa lalu, ketika ada kasus yang bisa diumpamakan dengan istilah cicak vs buaya, rakyat beramai-ramai mendukung KPK.

“Dulu waktu kasus Cicak VS Buaya Rakyat Berdamai Ramai Dukung @KPK_RI,” ujar Nicho, dikutip WE NewsWorthy dari akun Twitter pribadi pada Senin (10/4/2023).

 

Namun, sejak KPK dipimpin oleh Firli Bahuri, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat beramai-ramai mendukung anggota Polri yang dipekerjakan di KPK.

“Semenjak Di Pimpin Firli Malah Kebalikan Yang Terjadi Malah Rakyat Beramai - Ramai Dukung Anggota Polri Yang di @KPK_RI,” sambung Nicho.

Kendati demikian, Nicho tetap dengan sikapnya yaitu memecat Firli atau membubarkan KPK. “Kalau Gue Tetap Pada Sikap Pecat Firli Atau Bubarkan Aja @KPK_RI,” ujarnya.

Perseteruan antara KPK dan Polri yang kemudian disebut dengan kasus cicak vs buaya pertama kali terjadi di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kasus tersebut pertama kali terjadi pada Juli 2009 yang berawal dari isu adanya penyadapan yang dilakukan oleh KPK terhadap Kabareskrim Mabes Polri saat itu, Komjen Susno Duadji.

Susno diduga terlibat pencairan dana dari nasabah Bang Century, Boedi Samporna. Adapun orang yang menganalogikan cicak vs buaya adalah Susno Duadji. Itu karena, KPK diibaratkan cicak yang kecil sementara Polri disebut buaya karena berukuran besar.

Sumber Berita / Artikel Asli : NW Wartaekonomi