Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kamboja Abadikan Soekarno Jadi Nama Jalan, Mega dan Puan Diundang Hadir


 Nama besar dan kepiawaian presiden RI Pertama Soekarno di level internasional bukanlah cerita baru. Atas dasar itu pula Pemerintah Kamboja, mengabadikan nama Soekarno sebagai salah satu nama jalan di sana. Dalam kaitan itu Presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri dan Ketua DPR Puan Maharani diundang untuk hadir, sekaligus berbuka puasa bersama PM Kamboja. Selain Bung Karno, nama mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas juga diabadikan menjadi nama jalan di Kamboja.

“Sebagai informasi, Perdana Menteri Hun Sen telah mengumumkan akan memberi nama jalan Soekarno Boulevard dan Ali Alatas Boulevard, ini akan menjadi salah satu penguatan hubungan bilateral yang signifikan antara Kamboja dan Indonesia saat ini dan untuk masa depan yang lebih baik,” demikian bunyi surat undangan yang ditujukan kepada Megawati dan Puan Maharani.

Dalam surat undangan buka puasa bersama itu tertulis, “Atas nama pemerintah Kamboja, saya dengan senang hati mengundang Yang Mulia dan delegasi untuk menghadiri acara yang akan diadakan pada hari Senin, 27 Maret 2023, pukul 16:00 waktu setempat, di Chroy Changvar International Convention and Exhibition Centre”. Demikian surat undangan yang ditandatangani Menteri Senior yang Bertanggung Jawab atas Misi Khusus Urusan Islam, Oknha Datuk Dr Othsman Hassan itu. 

Perdana Menteri Kamboja dan istri akan hadir di antara lebih dari 5.000 undangan termasuk kalangan musim lokal dan internasional. “Dan Alhamdulillah, Dato’ Seri Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia dan Pasangan serta delegasinya telah mengkonfirmasi untuk hadir,” tulis undangan tersebut.

Penghargaan Atas Bung Karno

Sementara itu, Dosen Komunikasi Politik UI Dr Ari Junaedi menyebut, diabadikannya nama Presiden Soekarno menjadi nama jalan di Kamboja semakin memperlihatkan penghormatan negara-negara luar terhadap sumbangsih Proklamator bagi dunia, terkhusus Kamboja

“Bagi Soekarno, Kamboja adalah sahabat seperjuangan dalam mengusir kolonialisme. Soekarno bersahabat erat dengan Bapak Kamboja Pangeran Norodom Sihanok. Antara keduanya telah terjalin persahabatan lama dan harus diakui menjadi benih bagi persahabatan bangsa-bangsa di Asia Tenggara atau ASEAN,” kata Ari Junaedi yang dihubungi Minggu (5/2/2023)

Ari mengatakan, penghargaan Kamboja terhadap Bung Karno menjadi entitas pengingat ajaran-ajaran Soekarno tetap relevan dengan perkembangan zaman dan selalu kontekstual dengan berbagai isu dunia seperti kesetaraan bangsa-bangsa. 

Indonesia dan Kamboja telah lama menjalin hubungan yang akrab. Kedua negara Indonesia dan Kamboja telah bersahabat dan bersejarah menjalin hubungan sosial budaya sejak abad ke-9 dan ke-10 pada masa Dinasti Syailendra berkuasa pada jaman Kerajaan Mataram di Jawa dan Dinasti Jayawarman II pada masa Kerajaan Angkor di Kamboja.

Candi Borobudur di Jawa yang selesai dibangun pada awal abad ke-9 sering dianggap mempunyai pertalian budaya dengan Candi Angkor Wat yang dibangun pada abad ke-12.

Presiden RI Soekarno pertama kali bertemu Pangeran Norodom Sihanouk pada saat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Pada bulan Maret 1962, Indonesia mengirim Mayor Jenderal (Purn) Abdul Karim Rasyid sebagai Duta Besar RI Pertama untuk Kamboja.

Hubungan bilateral Indonesia-Kamboja sangat baik di berbagai bidang. Kamboja dalam berbagai hal menempatkan Indonesia sebagai contoh model dalam pembangunan negaranya.

Hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja telah dijalin sejak tahun 1957. Kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 1959. Sementara itu, kerja sama pertahanan dan keamanan antara Indonesia dan Kamboja telah dirintis sejak tahun 1970-an dan telah secara sangat signifikan meningkatkan citra TNI di Kamboja. 

Hubungan baik kedua Negara tercermin antara lain dari saling kunjung pada tingkat Kepala Negara/Pemerintahan, Pejabat Tinggi Negara dan Parlemen dalam rangka bilateral maupun menghadiri sidang regional seperti sidang-sidang ASEAN. Selain mekanisme saling kunjung, terdapat Komisi Bersama RI-Kamboja yang dibentuk pada tanggal 18 Februari 1997.

Indonesia berperan besar pada proses rekonsiliasi perdamaian Kamboja melalui Jakarta Informal Meeting I (1988), Jakarta Informal Meeting II (1989), Informal Meeting on Cambodia I dan II (1990), Preparatory Meeting for the International Conference on Cambodia (1990) dan sebagai co-chair meeting bersama Perancis pada Paris International Conference on Cambodia (1991).


Sumber Berita / Artikel Asli : inilah

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved